Wakil Katib PWNU Jawa Barat : Tetaplah Berkhidmat dan Berjuang di NU pada Posisi Apa pun Kita Ditempatkan
LTN NU Jabar, Abdul Mun’im Hasan – KH Cep Herry Syarifudin merupakan Wakil Katib PWNU Jawa Barat dan sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrahim, dapat menghadiri sekaligus menjadi pemateri pada pengajian Lailatul Ijtima’ yang diadakan oleh Pengurus Anak Ranting Nahdlatul Ulama (PARNU) Cilebut Barat di bawah naungan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Sukaraja Kabupaten Bogor. Pada hari Ahad malam Senin (04/09).
Kiai yang juga ahli gramatika Bahasa Arab tersebut memberikan pembekalan ajaran Aswaja dan Harakah An-Nahdhiyyah bagi jamaah Nahdliyin yang hadir.
Kiai lulusan Pesantren Cipasung memberikan banyak pesan kepada pengurus anak ranting Cilebut Barat dan MWCNU Sukaraja Kab. Bogor bahwa :
Dalam berjuang menebar dakwah an-Nahdhiyyah jangan berorientasi kepada hasil, atau berpretensi bahwa orang lain harus berubah berkat nasehat kita. Sebab hakekat dakwah kita sama saja dengan dakwah para Rasul yaitu cuma sebagai penyampai pesan-pesan ALLAH dan Rasul-Nya (innamaa analbalaaghul mubin). Masalah orang lain yang menjadi sasaran dakwah kita itu akan berubah saleh atau tidak, nurut atau tidak, itu bukan urusan kita. Tapi sudah menjadi wilayah Gusti ALLAH,Sang Pemberi hidayah. Kalau kita terlalu berharap orang lain harus berubah berkat usaha kita, niscaya akan cape hati dan pikiran kalau tidak sesuai dengan harapan.
Terus mengadakan pengajian penguatan akidah Aswaja dan harakah an-Nahdhiyyah baik malam hari (lailatul ijtima’) ataupun siang (naharul Ijtima’). Jangan dibedakan mengajar dan belajar sebanyak 1 orang dengan 1000 orang. Anggap sama saja. Ini berguna sekali untuk melatih keikhlasan dan keistiqomahan.
Yakinlah bahwa Pendiri NU, Hadrotus Syaikh KH Hasyim Asy’ari akan memberikan syafaat kepada siapa saja yang mengurus NU, bukan yang menjadi pengurus NU. Justeru yang jelas-jelas kelihatan perjuangannya mengurus NU adalah para muharrik di tingkat anak ranting (tingkat dusun, mesjid/musholla) , ranting NU (tingkat desa/kelurahan) dan MWCNU (tingkat kecamatan). Tidak sedikit yang menjadi pengurus NU tapi untuk mencari jabatan, popularitas, fasilitas dan keuntungan duniawi lainnya. Yang seperti ini tidak akan dibela oleh Hadrotus Syaikh di akhirat kelak. Dalam hadits dijelaskan bahwa yang bisa memberi syafaat di hari kiamat selain Rasulullah Saw adalah para ulama yang saleh.
Jangan berjuang di NU secara pilih-pilih posisi. Tetaplah berjuang di posisi apapun kita ditempatkan. Jangan kalau tidak ditempatkan di pengurus harian (ketua, sekretaris, bendahara dan wakilnya) lalu mogok tidak mau berjuang. Akan tetapi tirulah bagaimana kinerja pohon. Yang menjadi akar, jadilah akan yang kuat dan kokoh sehingga pohonnya tidak mudah tumbang. Yang menjadi batang, jadilah batang yang kokoh dan tangguh tidak mudah roboh oleh terpaan angin atau cobaan apapun. Yang menjadi dahan, jadilah dahan yang kuat serta bisa berkembang menghasilkan ranting-ranting yang kuat dan berbuah yang lebat serta nikmat disantap oleh siapapun. Yang menjadi daun, jadilah daun yang menciptakan kerindangan dan kenyamanan bagi orang yang berlindung. Dan seterusnya.
Yakinlah bahwa berjuang di NU itu akan membawa keberkahan dan kemaslahatan bagi diri, keluarga maupun masyarakat. Selain itu apa yang kita telah sumbangkan akan diganti dengan rezeki berlimpah lagi berkah dari mana saja serta mendatangkan keberkahan yang besar baik pada keturunan, keluarga maupun usaha kita. Ingatlah pesan dari pembuat lambang NU, KH Ridwan Abdullah bahwasanya siapa saja yang mengurus NU .maka jangan takut kekurangan (belangsak). Jika ucapanku ini tidak benar, maka tuntutlah kepadaku saat aku masih hidup. Dan manakala saya sudah wafat, maka tagihlah pada batu nisanku. Dengan kata lain,”alharokatu barkatun” (berjuang di NU itu akan mendatangkan keberkahan).
Kebanyakan orang-orang yang mudah dirayu untuk ikut kepada ajaran-ajaran menyimpang seperti Wahabi, Ahmadiyah, Islam Jamaah (LDII) dan semacamnya adalah mereka yang terbelit hutang, pengangguran dan yang tergolong elit (ekonomi sulit). Maka cara sederhana tapi sangat mujarab untuk meniaga masyarakat awam yang dhuafa yang belum kenal NU agar tidak terbujuk oleh faham menyesatkan serta terpikat menjadi NU adalah dengan menolong mereka dengan bantuan materi seperti sering memberi santunan sosial baik berupa pangan (sembako), sandang (pakaian), papan (perumahan layak huni dengan cicilan ringan) maupun uang tunai. Khusus bagi yang masih menganggur dicarikan pekerjaan dan yang terbelit hutang bisa dibantu agar terbebas dari hutang tersebut. Ingatlah sebuah pepatah Arab yang mengatakan:
الانسان عبد الاحسان
alinsanu abdul ihsan
Yang berarti manusia itu dapat menjadi hamba (patuh, terbujuk) lewat kebaikan-kebaikan yang kita lakukan.
Lailatul Ijtima’ dihadiri oleh Ketua Tanfidziyah MWCNU Abdul Halim menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya acara penuh berkah ini.
“Kehadiran Kiai sudah memberikan keberkahan hidup, terlebih dengan ilmu yang diberikanya kepada kita sebagai warga Nahdliyin untuk bekal khidmat kita di NU sebagai Pengurus strukturan menjadikan kita lebih ghirah untuk mengusung satu abad NU dalam waktu dekat ini,” Pungkasnya.
Gus Chaer sebagai penggagas kegiatan sehingga peserta memenuhi Aula MWCNU Sukaraja Kabupaten Bogor.
Kegiatan diawali dengan pembacaan Tawasul kepada Muassis NU dilanjutkan dengan Dzikir dan Tahlil serta Sholawat An-Nahdhiyah, dan diakhiri dengan Doa.
Pewarta : Abdul Mun’im Hasan