Warta

Tokoh NU Bekasi, K.H. Muhammad Tambih Abdul Karim (1907-1977) menyusun kitab bertajuk “Bayān al-Haqq lil Ijtima’ wa al-Ittifāq”

K.H. Muhammad Tambih Abdul Karim (1907-1977) menyusun kitab bertajuk "Bayān al-Haqq lil Ijtima' wa al-Ittifāq" mengukuhkan benteng akidah Ahlussunnah wal Jama'ah. Karya ilmiah ini mendapat banyak dukungan di antaranya Habib Ali Kwitang, Kiai Falak Bogor, Kiai Idham Chalid, Kiai Abdul Wahhab Hasbullah, dan Kiai Husein bin Raden Haji Sulaiman.

BEKASI DAN MAGNET SPIRITUAL PADA MASANYA

Di setiap jengkal perkembangan kota Bekasi, ada kehadiran yang tak tergantikan: ulama-ulama yang telah mengukir jejak spiritual dalam relung jiwa.

 

Warisan spiritual yang tak ternilai dari ulama-ulama Bekasi telah memberikan kontribusi besar dalam memandu masyarakat menuju pemahaman agama yang lebih esensial.

 

Setidaknya ada dua catatan sejarah penting yang bisa kita simak kembali. Dari dua eksplorasi peran dan warisan ulama ini memberikan bentuk pada aspek spiritual kota ini.

 

Pertama, pada 1959 ulama dari Kranji Bekasi K.H. Muhammad Tambih Abdul Karim (1907-1977) menyusun kitab bertajuk “Bayān al-Haqq lil Ijtima’ wa al-Ittifāq” mengukuhkan benteng akidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Karya ilmiah ini mendapat banyak dukungan di antaranya Habib Ali Kwitang, Kiai Falak Bogor, Kiai Idham Chalid, Kiai Abdul Wahhab Hasbullah, dan Kiai Husein bin Raden Haji Sulaiman. Yang menarik, kitab yang diterbitkan oleh PBNU bagian Dakwah ini, pada sampul akhir terdapat foto-foto ulama. (Sumber Koleksi: Kang Abdul Mu’ty, Pesantren Nurul Fata Sukabumi).

 

Kedua, pada 21 Juli 1986 digelar “Konferensi Pondok Pesantren se-Indonesia dan Seminar Hukum Islam” di Pesantren YAPINK (Yayasan Perguruan Islam el-Nur el-Kasysyaf, Tambun, Bekasi. Di antara tokoh yang hadir alm. K.H. Achmad Sjaichu, alm. Prof. Dr. K.H. Ali Mustafa Ya’qub, perwakilan Kementerian Agama, Atase Kuasa Usaha Arab Saudi, dan para dai muda. Pesantren ini didirikan oleh alm. K.H. M. Dawam Anwar, ulama asal Jombang (1939-2003) pada 1969. (Sumber foto: Arsip Nasional Republik Indonesia/ANRI).

 

Tentu masih banyak tokoh lainnya seperti tokoh legendaris, alm. K.H. Noer Ali, alm. K.H. Muchtar Thabrani, dll. Dengan kearifan dan ketulusan, beliau-beliau telah membimbing masyarakat menuju agama yang lebih bermakna. Meski zaman berganti, semangat mereka tetap hidup, menjadi penerang dalam kegelapan dan pegangan dalam keraguan.

 

Warisan ulama-ulama Bekasi tidak hanya mengisi lembaran sejarah kota, tetapi juga mengisi ruang di dalam jiwa kita, mengajarkan bahwa nilai-nilai yang mendalam akan selalu memancar, seiring waktu yang berlalu.

 

Jakarta, 22 Agustus 2023

01: 11

 

Salam,

Atunk F Karyadi

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button