Hamas Terus Jihad Lawan Kolonialisme Israel, Merdeka Palestina
Kelompok milisi Arab pertama yang bergabung bersama Hamas menyerang tentara Israel adalah Hizbullah Libanon. Tepatnya, satu hari setelah Hamas menerobos pertahanan Israel yang bersejarah pada 7 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bersolidaritas menyerang pasukan militer Israel setiap hari.
Hamas Terus Jihad Lawan Kolonialisme Israel, Merdeka Palestina
Oleh: Affan Ramli, Pengajar Pedagogi Kritis, Alumnus Internasional Islamic Universiti Malaysia (IIUM)
Di seluruh negara Timur Tengah, kecuali Arab Saudi, rakyat yang mendukung Palestina sudah melakukan demonstrasi protes jalanan. Massa menyerang beberapa kantor Kedutaan Besar Israel dan Amerika Serikat di negara-negara tetangga Palestina. Menuntut perang Israel atas Gaza dihentikan dan Palestina harus segera dimerdekakan dari Israel.
Di tengah pengeboman massif Israel atas fasilitas masyarakat sipil penduduk Gaza, Muslim Indonesia berharap Hamas dapat bantuan militer dari raja-raja Arab teluk dan kepala beberapa negara Arab tetangga Palestina. Seperti Yordania, Mesir, Arab Saudi, Libanon, Irak dan Suriah.
Sialnya, harapan itu berujung kecewa. Raja-raja Arab teluk kaya minyak tak memiliki keberanian menghadapi Israel. Sikap Uni Emirat Arab yang menjinak dapat dimaklumi, karena negara itu sudah menandatangani perjanjian damai atau normalisasi hubungan dengan Israel.
Tetapi kenapa Qatar, Kuwait, Oman, dan Saudi juga tidak memiliki keberanian lebih menghadapi Israel? Jika tak berani mengirim pasukan dan peralatan militer membantu Palestina, setidaknya para pemimpin Arab teluk dapat membatalkan perdagangan minyak dengan Israel dan negara-negara Barat pendukung Israel. Boikot minyak padahal, terbukti menjadi senjata penting, andal, dan efektif.
Mestinya, umat Islam di Indonesia tidak perlu kecewa. Harus disadari, harapan seperti itu telah dibangun atas ketidaktahuan atau kebodohan kita tentang perkembangan peta geo-politik (geopol) Timur Tengah dalam dua dekade terakhir. Ada banyak perkembangan baru di Timur Tengah, terutama sejak musim semi Arab (arab Spring) bergulir, hingga perang internal di Libya, Suriah, Yaman, dan Sudan.
Akibat ketidaktahuan geopol Timur Tengah, banyak dari umat Islam Indonesia kaget dan heran. Dalam pikiran awam kita, harusnya militer Hamas banyak dibantu oleh Mesir, Yordania, Suriah, dan Qatar yang merupakan negara-negara terdekat Palestina, juga sekaligus basis gerakan Ikhwanul Muslimin (IM). Mengingat Hamas merupakan bagian dari jaringan Ikhwanul Muslimin di Palestina.
Nyatanya tidak. Palestina malah dibantu secara militer oleh kelompok-kelompok milisi Arab yang selama ini dibenci atau dimusuhi dalam percakapan media sosial publik Indonesia.
Kelompok milisi Arab pertama yang bergabung bersama Hamas menyerang tentara Israel adalah Hizbullah Libanon. Tepatnya, satu hari setelah Hamas menerobos pertahanan Israel yang bersejarah pada 7 Oktober 2023, Hizbullah menyatakan bersolidaritas menyerang pasukan militer Israel setiap hari.
Hingga 30 Oktober 2023, Hizbullah mengatakan, telah melakukan sebanyak 105 serangan terhadap Israel yang membuat 120 tentara Israel tewas dan terluka. 9 tank, 33 radar, satu drone, 140 kamera pengintai, 69 sistem komunikasi, 17 sistem pengacak, dan 27 sistem intelijen Israel telah dirusak oleh serangan Hizbullah.
Berikutnya, Palestina mendapat dukungan militer dari kelompok-kelompok milisi Arab yang tergabung dalam Pasukan Mobilisasi Rakyat (Hashad Syakbi) dari Irak. Kelompok-kelompok milisi tersebut menyerang pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat di Irak dan Suriah. Serangan terhadap pangkalan militer Amerika dimaksudkan sebagai pembalasan atas keterlibatan negara adidaya itu menyerang Gaza bersama pasukan Israel.
Dukungan militer selanjutnya disusul oleh para pejuang Ansharullah di Yaman. Ansharullah merupakan kelompok-kelompok milisi pejuang Yaman yang menguasai Yaman utara dan dipimpin oleh kekuatan tentara Houthi. Dalam beberapa hari terakhir, Ansharullah Yaman telah menyerang Israel dalam tiga gelombang penembakan rudal menuju tanah Palestina yang diduduki.
Rudal-rudal Yaman diberitakan sebagiannya dicegat oleh kapal perang Amerika di Laut Merah, sebagian lagi dihalau oleh sistem pertahanan Arab Saudi dan Yordania. Namun, sejumlah media lokal di Israel melaporkan, tidak semua rudal Yaman berhasil dicegat di tengah jalan.
Beberapa diantara berhasil menghancurkan fasilitas industri di Israel.
Keterlibatan ketiga kelompok milisi itu; Hizbullah Libanon, Hashad Syakbi Irak, dan Ansharullah Yaman saat ini menjadi tumpuan harapan Palestina dan publik Indonesia. Setidaknya, Israel dan Amerika harus berpikir ulang dan merevisi rencana penghancuran total Hamas dan pemindahan penduduk Gaza ke Mesir. Agar pemukiman Israel dapat diperluas mencakup Gaza tanpa hambatan berarti.
Proksi Iran?
Tapi, siapakah tiga kelompok milisi ini? ketiganya pernah sangat dibenci oleh publik Indonesia di dua perang sebelumnya di Timur Tengah. Pada perang Suriah, Hizbullah Libanon dan Hashad Syakbi Irak bersama-sama berperang melawan kelompok-kelompok milisi dukungan Amerika dan NATO.
Dalam perang yang berlansung delapan tahun itu, Barat berhasil mempropagandakan perang Suni-Syiah di Suriah. Dimana milisi-milisi oposisi pemerintah, seperti Al-Qaeda, ISIS, Jabhah Nusra, dan tentara pembebasan Suriah dicitrakan mewakili kekuatan Suni. Sementara pemerintah Suriah, Hizbullah, dan Hashad Syakbi dituduh mewakili kekuatan Syiah.
Propaganda perang Suni-Syiah juga dimainkan dalam perang Yaman yang berlansung selama delapan tahun. Aliansi Saudi, UEA, pasukan Pemerintah Yaman yang diakui PBB, dan pejuang kemerdekaan Yaman Selatan dicitrakan mewakili kekuatan Suni. Sementara itu, aliansi Ansharullah yang dipimpin oleh milisi Houthi dikampanyekan mewakili kekuatan Syiah.
_Kampanye seperti itu telah berlansung tiga puluh tahunan di media-media sosial dan media massa di Indonesia_ *akibat dari ketidaktahuan dan kebodohan* tentang politik kawasan (geopolitik) Timur Tengah.
Tidak banyak yang menyadari, _kampanye pembodohan konflik Suni-Syiah di Timur Tengah_ *digerakkan oleh AS-Israel* Cs untuk menutupi agenda yg sesungguhnya: kolonialisme Israel dan imperialisme Amerika di kawasan itu.
Dalam perang Palestina-Israel yang sedang berlangsung saat ini terbukti, negara-negara Arab yang sebelumnya dinilai mewakili kekuatan Sunni, sebenarnya mereka tidak mewakili mazhab pemikiran apapun dan tidak mewakili agama manapun. Mereka mendukung agenda kolonialisme Israel dan imperialisme Amerika di Timur Tengah, baik secara terang²an maupun terselubung…
Begitupun Hamas, Hizbullah, Hashad Syakbi, dan Ansharullah, mereka tidak mewakili mazhab apapun. Kelompok-kelompok ini mengidentifikasi diri mereka dengan *’mukawamah islamiah’* atau Islamic Resistance (Perlawanan Islami). Sebuah jaringan gerakan rakyat bersenjata yang fokus utamanya memberi perlawanan terhadap kolonialisme Israel dan imperialisme Amerika di Timur Tengah.
Kini, sudah waktunya publik Indonesia dapat melihat dan membaca perang Timur Tengah secara jernih dan kritis. Berhenti utk terus menerus dibodohi oleh media-media Barat tentang konflik Sunni-Syiah. Amerika, Eropa Barat, dan Israel tak ingin opini publik di negara-negara Muslim jernih, obyektif dan kritis dlm membaca perang Timur Tengah.
Beberapa istilah telah dipopulerkan secara konsisten untuk mengaburkan dan mengacaukan cara pandang terhadap Hamas, Hizbullah, Hashad Syakbi, Hisbullah dan Ansharullah.
Kelompok-kelompok rakyat militan ini telah dikampanyekan sebagai jaringan proksi Iran atau jaringan bulan sabit Syiah atau jaringan terorisme karena merusak keamanan Isarel dan negara-negara Timur Tengah/arab selaku sekutu Israel.
Jikapun masih ada Ormas-ormas agama di indonesia masih belum terbuka juga mata dan hatinya dlm membaca dengan jernih perang Timur Tengah, setelah melihat perang Palestina-Israel saat ini, maka ada dua kemungkinan:
Kemungkinan pertama, jahilnya murakab. Kebodohan geopolitik yang berlapis-lapis dan sulit didobrak. Kemungkinan kedua, mereka ikut menjadi agen perpanjangan tangan Amerika Cs menyukseskan agenda imperialisme di Timur Tengah.
Artikel di atas telah terbit di media Republika 5/11/23