Kaum muslimin yang tinggal sekitar Citayam mereka menyebutkan perayaan Maulid Nabi Muhammad dengan Muludan, hal ini merupakan lahzah (dialek orang Betawi pinggiran) yang asal katanya tetap berasal dari bahasa arab yakni Mauludun (مولود) yang berarti Isim Maf’ul. Dengan demikian yang diperingati, dimuliakan adalah bayi yang dilahirkan, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Habaib yang hampir seriap tahun menghadiri perayaan Muludan di Citayam, pada masa hidupnya Habib Salim Jindan datang ke Citayam di masa Guru Tb. Mahmud bin Guru Naimin yang Habib Novel bin Salim bin Jindan, Habib Alwi bin Abdullah bin Salim Alathas (Habib Alwi King) Kebon Nanas, sempat menikahi Putri Muallim Nasri tokoh ulama Citayam.
Tradisi Muludan yang unik ini dikarenakan banyaknya Muballigh yang dihadirkan untuk memberikan Tausiyah (Ceramah) hingga belasan orang dengan durasi maksimal 10 menit. Hal ini sebagai bentuk bertabarruk kepada para pendakwah yang datang ke Citayam.
Hal yang unik lainnya adalah warga masyarakat Citayam muhibbin (cinta terhadap Zuriyah Nabi Muhammad Saw) akan menjadikan rumah mereka terbuka untuk para tetamu dari berbagai daerah yang datang ke acara Muludan di hari yang sudah diketahui oleh banyak orang jatuh pada Rabu akhir di bulan Rabiul Awal. Hingga kini masih tetap dilestarikan.
Pada perayaan Muludan Citayam yang bertempat di Masjid Jami An-Naja Jl. Tugu Macan No.59, Ragajaya, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Yang lebih dikenal oleh banyak orang dengan sebutan Masjid Sendok.
Dikarenakan adanya ornamen mirip dengan bentuk sendok. Yang awalnya Masjid ini ingin mengikuti bertabarruk dengan Masjid yang ada di Jakarta Pusat yakni Masjid Kwitang (Habib Ali bin Abdurahman Al-Habsyi).
Perayaan Muludan kini tetap dilestarikan oleh masyarakat Citayam. Dan para tamu yang menghadiri pun selalu bertambah, tumpah ruah, dari Zuriyah (Habaib, Syarifah) kaum Bapak, Kaum Ibu, Pemuda-pemudi hingga Anak-anak hadir membanjiri jalan-jalan juga Rumah-rumah menuju Masjid An-Naja Citayam.
Muludan hari ini 26 Oktober 2022 dihadiri ribuan orang pecinta Rasulullah Saw. Dari berbagai daerah Jabodetabek untuk bertabarruk kepada para pendakwah yang menyampaikan ceramahnya di Masjid An-Najah Citayam. Hal ini tidak lepas dari Peran Al-Marhum Muallim Nasri yang istiqomah senantiasa menjalin silaturahmi dan mengaji dengan para Habaib, Mualim, Kiai, Ajengan sehingga beliau dikenal luas oleh kalangan ulama se-Jabodetabek. Beliau mulai sejak muda dengan berjalan kaki dari Kampung Citayam ke Stasiun Citayam menuju ke Majelis Kwitang, juga ke Kramat Empang Bogor, dan pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Al-Masturiyah Sukabumi. Beliau meninggal pada tanggal 16 November 2019.
Penulis : Abdul Mun’im Hasan