Warta

Ajengan Anom Ahmad Sibaweh : Ayah Drs KH Ridwan Alawi Pendiri PP. Al-Qur’an Al-Itqon Pencetak Santri Ahli AlQuran

Ajengan Anom Ahmad Sibaweh sebagai putra pertama dari Kiai Ridwan (yang lebih akrab di sapa Ayah oleh para santri Al-Itqon)

Ajengan Anom Ahmad Sibaweh : Ayah Drs KH Ridwan Alawi Pendiri PP. Al-Qur’an Al-Itqon Pencetak Santri Ahli Quran

Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Itqon didirikan oleh Drs. KH. Ridwan Alawi, MZ, MA pada Tahun 1992 beralamat di Jl. KH. Abdul Hamid No.Km, RW.03, Situ Ilir, Kec. Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Kiai Ridwan Alawi merupakan santri yang sanad AlQurannya dari KH Ahmad Syahid pendiri Pondok Pesantren Al-Quran Al- Falah Cicalengka Nagrek Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Kiai Ridwan Alawi sejak masa mudanya meraih juara II MTQ tingkat Internasional di Bangkok, Thailand tahun 1992.

Ajengan Anom Ahmad Sibaweh sebagai putra pertama dari Kiai Ridwan (yang lebih akrab di sapa Ayah oleh para santri Al-Itqon) bahwa Pesantren saat ini terus berkembang dengan memfasilitasi para santri belajar di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah.

“Walau sudah ada Mts dan MA tetap kami fasilitasi kelas Takhosus AlQuran bagi santri spesialis Tahfidz dan Ilmu AlQuran dan kitab Kuning. Yang metodenya talaqqi min ahlil Quran (langsung dengan Guru AlQuran Khusus),” ucapnya yang pernah aktif di JQH PCNU Kab. Bogor (11/03/23).

Ajengan Anom yang pernah belajar di Pesantren Tanwiriyah Cianjur menginformasikan bahwa ada program Pasaran di bulan Ramadhan dengan kajian kitab Tuhfatul Athfal, Jazariyah, Hidayatul Mustafid, Qoulus Tsabit.

“Program Ramadhan 20 harian beres lebih khusus membahas Waqofan, dengan kitab Manarul Huda, ini langsung dengan Ayah Ridwan (Kiai Pendiri Al-Itqon), agar faham berhentinya dimana dan ibtidanya (mulainya) dimana, bertempat di Aula dengan metode Balagohan saja (tabarukan),” jelasnya.

Tambahnya bahwa santri baru bisa pindah bacaan Al-Fatihah itu dari Ayah saja. Di tes langsung yang akan wisuda oleh Ayah, baca satu ayat baru ditanyakan semua ilmu terkait AlQuran.

“Bagi santri harus Mushafahah (bertalaqqi) semacam sorogan (tatap muka), yanb waktunya setelah Dhuhur dan Subuh ini sudah kewajiban santri,” Pungkasnya.

Pewarta : Abdul Mun’im Hasan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button