Bijak Berkata di Dunia Digital: Etika Bermedsos dalam Timbangan Islam
Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga hubungan antar sesama manusia, termasuk dalam penggunaan media sosial. Dalam perspektif Islam, etika bermedsos menjadi bagian dari adab dalam berkomunikasi yang harus dijaga agar tidak menimbulkan mudarat.
Bijak Berkata di Dunia Digital: Etika Bermedsos dalam Timbangan Islam
Oleh: Dida Nursida, M.Pd.
(Pengurus PC PERGUNU Kab. Bogor & Pengurus PAC MNU Caringin)
Perkembangan teknologi informasi telah membawa manusia ke era digital, di mana media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Media sosial (medsos) seperti WhatsApp, Facebook, Instagram, TikTok, dan lain-lain, sebagai sarana manusia untuk berkomunikasi dan berbagi informasi dengan sangat cepat. Namun, di balik kemudahan tersebut, banyak pula muncul dampak negatif seperti penyebaran hoaks, ghibah, ujaran kebencian, dan fitnah yang dapat menimbulkan kerusakan sosial.
Islam sebagai agama yang sempurna tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga hubungan antar sesama manusia, termasuk dalam penggunaan media sosial. Dalam perspektif Islam, etika bermedsos menjadi bagian dari adab dalam berkomunikasi yang harus dijaga agar tidak menimbulkan mudarat.
Menyebarkan Kebenaran dan Menjauhi Hoaks
Salah satu prinsip utama dalam Islam adalah kewajiban untuk berkata benar dan menjauhi kebohongan. Dalam konteks media sosial, menyebarkan informasi tanpa memastikan kebenarannya termasuk perbuatan yang dilarang.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌۭ بِنَبَإٍۢ فَتَبَيَّنُوٓا أَن تُصِيبُوا قَوْمًۢا بِجَهَالَةٍۢ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ مَا فَعَلْتُمْ نَـٰدِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)
Ayat ini menegaskan bahwa setiap informasi yang diterima harus diverifikasi kebenarannya sebelum disebarluaskan. Dengan demikian, etika bermedsos menurut Islam adalah tidak menjadi bagian dari penyebar fitnah atau berita palsu (hoaks).
Menjaga Lisan dan Tulisan dari Ujaran Kebencian
Di dunia maya, lisan tergantikan oleh tulisan. Karena itu, setiap kata yang kita ketik memiliki konsekuensi moral dan sosial. Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤمِنُ بِاللهِ وَاْليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَو لِيَصْمُتْ.
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa seorang Muslim hendaknya hanya menulis atau mengunggah sesuatu yang bermanfaat dan tidak menimbulkan permusuhan. Hindarilah komentar yang kasar, caci maki, atau sindiran yang bisa menyakiti hati orang lain.
Menjaga Privasi dan Kehormatan Orang Lain
Salah satu kebiasaan buruk di media sosial adalah membuka aib orang lain atau menyebarkan foto dan video tanpa izin. Dalam Islam, menjaga kehormatan dan rahasia orang lain adalah kewajiban moral.
لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Tidaklah seorang hamba menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat nanti.” (HR. Muslim).
Maka, etika bermedsos juga mencakup tanggung jawab untuk tidak menyebarkan konten pribadi orang lain tanpa izin, apalagi jika dapat menimbulkan fitnah atau kehinaan.
Menggunakan Media Sosial untuk Amar Ma’ruf Nahyi Munkar
Media sosial dapat menjadi sarana dakwah yang sangat efektif. Seorang Muslim hendaknya menggunakan akun dan platform digitalnya untuk menyebarkan kebaikan, ilmu, dan pesan moral.
Allah SWT berfirman:
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌۭ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali Imran: 104)
Dengan cara ini, media sosial dapat menjadi ladang pahala jika digunakan untuk dakwah, pendidikan, dan inspirasi positif.
Menjaga Waktu dan Tidak Lalai Karena Medsos
Penggunaan media sosial yang berlebihan dapat melalaikan manusia dari kewajiban ibadah dan tanggung jawab lainnya. Islam mengajarkan untuk menggunakan waktu secara bijak.
Maka, seorang Muslim seharusnya menggunakan media sosial secara proporsional, tidak berlebihan, tidak mengabaikan keluarga, pekerjaan, maupun ibadah.
Etika bermedsos menurut Islam mencakup kejujuran, kehati-hatian dalam berbagi informasi, menjaga kehormatan sesama, dan menggunakan media sosial untuk kebaikan. Seorang Muslim sejati bukan hanya baik dalam dunia nyata, tetapi juga menunjukkan akhlak mulia di dunia maya.
Jika media sosial digunakan dengan adab dan niat yang benar, maka ia menjadi ladang pahala dan sarana dakwah. Namun, jika digunakan tanpa etika, ia bisa menjadi sumber dosa dan perpecahan. Wallahu A’lam.
Editor: by Admin





