Raih Ridho Allah dengan Silaturahmi: Membangun Harmoni Sosial dalam Ajaran Islam
Silaturrahmi memiliki nilai spiritual yaitu menjalin hubungan dengan sesama sebagai bentuk ibadah. Selain memiliki nilai spiritual, silaturrahmi memiliki nilai sosial, yaitu dapat mempererat hubungan antar manusia dan membangun keharmonisan di antara sesama. Di samping nilai-nilai spiri dan sosial, silaturrahmi mempunyai nilai budaya, tradisi yang berlaku di masyarakat dapat dilestarikan sehingga menjadi norma-norma kehidupan masyarakat, karena kebiasaan silaturahmi diberbagai daerah bisa dalam bentuk yang berbeda-beda, sesuai budaya masing-masing.
Raih Ridho Allah dengan Silaturahmi: Membangun Harmoni Sosial dalam Ajaran Islam
Silaturahim, berasal dari kata shilat ar-rahim yang berarti menyambung tali kasih sayang. Maknanya lebih spesifik pada hubungan kekeluargaan atau mereka yang memiliki hubungan darah (satu rahim). Sedangkan silaturahmi, berasal dari kata shilat ar-rahmi, yang berarti menyambung tali kasih sayang. Maknanya lebih luas, yaitu kasih sayang terhadap sesama manusia, tidak hanya terbatas pada keluarga (sedarah).
Dalam kamus KBBI, arti silaturahmi adalah Tali persahabatan atau persaudaraan: Makna ini menekankan hubungan yang terjalin antara dua orang atau lebih, baik secara kekeluargaan maupun tidak.
Silaturrahmi memiliki nilai spiritual yaitu menjalin hubungan dengan sesama sebagai bentuk ibadah. Selain memiliki nilai spiritual, silaturrahmi memiliki nilai sosial, yaitu dapat mempererat hubungan antar manusia dan membangun keharmonisan di antara sesama. Di samping nilai-nilai spirit dan sosial, silaturrahmi mempunyai nilai budaya, tradisi yang berlaku di masyarakat dapat dilestarikan sehingga menjadi norma-norma kehidupan masyarakat, karena kebiasaan silaturahmi diberbagai daerah bisa dalam bentuk yang berbeda-beda, sesuai budaya masing-masing.
Islam sangat menekankan pentingnya silaturahmi, baik dalam Al-Qur’an maupun hadits Nabi Muhammad SAW. Dalam Hadits Rasulullah :
يا أيُّها النَّاسُ أفشوا السَّلامَ، وأطعِموا الطَّعامَ، وصِلوا الأرحامَ، وصلُّوا باللَّيلِ، والنَّاسُ نيامٌ، تدخلوا الجنَّةَ بسَلامٍ
Artinya: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.” (HR Ibnu Majah).
Dari hadits tersebut menggarisbawahi bahwa perintah menyambungkan tali silaturrahmi akan menjadi wasilah masuk kedalam surga-Nya. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ؛ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahmi. (HR Bukhari).
Dalam kitab Adabul ‘Ālim wal-Muta’allim, Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari juga menjelaskan bahwa silaturahmi termasuk adab penting dalam kehidupan seorang yang memiliki ilmu. Beliau menekan agar seorang pelajar menjaga hubungan baik dengan keluarganya, gurunya, dan sesama pelajar, karena keberkahan ilmu bergantung pada baik-baiknya hubungan dengan sesamanya.
Menjaga silaturahmi adalah salah satu pokok ajaran Islam berkenaan dengan sosial kemasyarakatan, sebab kualitas dan kuantitas silaturahmi menentukan persentase keharmonisan dalam masyarakat. Bisa dikatakan bahwa tanpa adanya silaturahmi, masyarakat akan tercerai-berai karena tidak adanya interaksi dan rasa persaudaraan.
Bahkan Allah mengancam dengan mengutuk orang yang memutuskan tali silaturrahmi.
Sebagaimana Allah Berfirman dalam Q.S. Muhammad ayat 22-23:
“Maka apakah sekiranya kamu berkuasa, kamu akan berbuat kerusakan di bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dikutuk Allah; lalu dibuat tuli (pendengarannya) dan dibutakan penglihatannya.” (QS. Muhammad, ayat 22-23).
Imam Al-Ghazali dalam kitab ihya Ulumuddin menuliskan,
صِلَةُ الرَّحِمِ هِيَ بَابٌ لِنَيْلِ رِضَا اللَّهِ وَمَحَبَّةِ النَّاسِ. دُونَ صِلَةِ الرَّحِمِ، سَيَكُونُ الْقَلْبُ قَاسِيًا وَالْعَلَاقَاتُ ضَعِيفَةً”
“Silaturahmi adalah pintu untuk mendapatkan ridha Allah dan cinta sesama manusia. Sebaliknya, dengan tidak bersilaturahmi akan membuat hati keras dan memperlemah suatu hubungan”.
Bagi orang yang menjaga tali silaturrahmi, maka keridhaan Allah menanti, dengan banyak melakukan hal itu akan terjalin hubungan baik, sehingga saling menumbuhkan rasa cinta antar sesama tetapi sebaliknya apabila hal itu tidak terjalin maka akan timbul keras hati dalam menerima nasihat atau masukan dari orang lain, tumbuhnya egosentris sehingga mengakibatkan kehancuran bangsa dan negara. Kekuatan Bangsa dimulai dari akar rumput yaitu masyarakat bawah. Masyarakat kuat, negara akan kuat, tetapi sebaliknya apabila masyarakat lemah maka negara akan lemah dan hancur.
Oleh karena itu jalinlah silaturahmi menuju Ridha Allah SWT, Insyaallah akan mendapatkan Rahmat-Nya. Hal itu yang menjadi tujuan hidup kita dalam menghambakan diri kepada Ilahi.
Wallahu A’lam Bisshowab
Oleh : Dida Nursida, S.Pd.I., M.Pd.
Pengurus PC Pergunu Kab. Bogor Divisi Perlindungan Hukum, Penghargaan dan Keselamatan Kerja
21 September 2025





